Minggu, 07 Agustus 2016

ANALISIS NOVEL HARIMAU! HARIMAU! MENGGUNAKAN PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA



Karya sastra adalah ungkapan pemikiran manusia yang mengandung ide atau gagasan yang bersifat konkret yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Masing-masing dari karya sastra tersebut mempunyai ciri khas tersendiri. Begitu juga untuk mengkaji suatu karya sastra perlu adanya pendekatan yang khusus.
Glover dan Ronning (dalam Rifa’i 2015:1) menyatakan bahwa psikologi mengkaji topik tentang perkembangan, perbedaan individu, pengukuran, belajar, dan memotivasi manusia. Menurut Endawarsa (dalam Haryati 2016:61) psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan pengarang yang menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh.
Bertolak dari hal tersebut, penulis akan mengkaji novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis menggunakan pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis sendiri adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Dalam novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis unsur psikologis sangat dominan dalam peristiwa kehidupan yang dialami tokoh.
Karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh. Psikologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Pendekatan  psikologis sangat cocok untuk menganalisis novel Harimau! Harimau! ini, karena pada novel ini banyak sekali menceritakan bagaimana perasaan dan kondisi kejiwaan  tokoh.
Dalam pendekatan psikologis tidak hanya mengkaji psikologi tokoh tetapi juga mengkaji psikologi pengarang dan psikologi pembaca. Pada Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, Harimau adalah tokoh yang menyebabkan munculnya konflik, baik konflik secara langsung maupun tidak langsung, konflik dalam tokoh itu sendiri maupun konflik antar tokoh. Semua peristiwa yang menimbulkan konflik muncul setelah Buyung dan Wak Katok berburu rusa dan Pak Balam digigit Harimau.
Pak Balam adalah tokoh yang menyebabkan konflik batin antar tokoh muncul. Pak Balam yang pendiam ini menjadi terus mengoceh dan mendorong supaya mereka mengakui semua dosa-dosanya di masa lalu.berikut kutipannya.
“Seluruh badannya amat sangat panas, dan dia mengigau terus menerus, menyebut-nyebut dosa dan minta ampun kepada Allah, dan menyuruh mereka meminta ampun dan mengakui dosa-dosanya.”
 Pak Balam ingin semua rombongan sampai ke desa dengan selamat, dengan mengakui dosa-dosa di masa lalu, maka mereka akan selamat dari ancaman harimau yang dikirim Tuhan untuk menghukum hambanya yang mempunyai dosa besar. Pak Balam berkata semua itu karena mendapat firasat mimpi buruk selama dua hari sebelum mereka memulai perjalanan untuk pulang. Berikut bukti kutipannya.
“Tidak, dengarkan kataku,” kata Pak Balam menguatkan hatinya, “aku telah dapat firasat dan dapat mimpi. Sebelum kita berangkat dari kampung, dua malam sebelumnya, dan malam kita akan meninggalkan huma Wak Hitam. Tetapi ketika itu aku masih berharap Tuhan akan mengampuni dosaku, dan melindungi kita semua. Tidak aku seorang saja. Akan tetapi semua kita akan mendapat celaka dalam perjalanan, yaitu tiap kita yang melakukan dosa besar...”
Setelah digigit harimau, Pak Balam mengakui dosa-dosanya di masa lalu bersama Wak Katok. Wak Katok marah dan merasa tak adil, kenapa hanya dosanya saja yang telah diketahui teman-temannya melalui Pak Balam, kenapa yang lain tidak mengakui dosa-dosanya juga. Dosa-dosanya yang telah lama berusaha dilupakan dan bahkan telah dihilangkan, tidak diakui sebagai dosanya lagi kini muncul lagi dipermukaan dan membuat citranya menurun di mata teman-temannya. Berikut kutipannya.
“Seandainya Pak Balam dibiarkan dimakan harimau, maka sama sekali tak ada timbul persoalan harus mengakui dosa-dosa ini untuk menyelamatkan diri. Dan rahasia hidupnya sendiri, yang selama puluhan tahun telah tertutup rapat, dan hanya diketahui Pak Balam saja, kini telah diketahui pula oleh lima orang lain, orang-orang sekampungnya, apakah mereka akan menutup mulutnya? Tidakkah mereka nanti jika tiba di kampung akan menceritakan kepada istrinya, atau kawan-kawan mereka, apa yang telah mereka dengar dari Pak Balam? Sungguh terkutuklah Pak Balam, terkutuklah harimau itu, terkutuklah kawan-kawannya sendiri, yang hadir dan mendengar Pak Balam bercerita.”
Wak Katok adalah seseorang yang picik dan penuh siasat, hal tersebut bertentangan dengan citra Wak Katok di mata penduduk kampung. Penduduk kampung tahunya Wak Katok adalah seorang yang sakti, pintar, dan jago silat. Sikap asli Wak Katok mulai terlihat ketika Wak Pak Balam dan Talib telah digigit harimau. Wak Katok merasa ketakutannya muncul sangat besar. Wak Katok mempunyai siasat yang picik terhadap rombongannya. Saat berburu harimau, Wak Katok yang memegang senapan dan  bertindak sebagai pemimpin rombongan, tetapi nyatanya Buyung lah yang bekerja mencari jejak dan berjalan di depan. Berikut bukti kutipannya.
“Dahulu ketika berontak dia selalu berlindung di belakang kawan-kawannya. Dan jika keadaan telah mereka kuasai, maka dialah yang mulai membunuh, merampok atau memperkosa. Akan tetapi karena berbuat demikian, maka dialah yang dianggap paling berani. Dan waktu berburu pun dia selalu beruntung. Belum pernah dia memburu harimau seperti yang dilakukannya kini. Dan sejak tadi pagi pun yang sebenarnya bekerja mengikuti jejak harimau adalah Buyung. Akan tetapi Wak Katok amat pandai membuat usaha orang lain kelihatan seakan dilakukan di bawah pimpinannya.”
Perasaan dan fikiran Buyung, Wak Katok, Pak Haji, Sanip, Talib, dan Sutan saling berbenturan antara ego dan superego. Mereka ingin selamat melewati hutan ini, disisi lain mereka tak mau luka lama dalam bentuk dosa-dosa tersebut muncul lagi ke permukaan.
Buyung adalah seorang pemuda yang berhati baik, dan pekerja keras. Setelah mendengar perkataan Pak Balam, Buyung ingat akan perbuatannya bersama Siti Rubiyah yang merupakan dosa besar. Disisi lain Buyung telah bersumpah tidak akan mengakui dosanya tersebut apapun yang terjadi. Disini terjadi pertentangan antara ego dan superego Buyung. Berikut kutipannya.
“Dalam hatinya Buyung mengambil tekad tidak akan menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dengan Siti Rubiyah, biarlah dia mati, ditembak oleh wak katok atau diterkam harimau sama saja.”
Buyung sendiri adalah seorang pemuda yang berhati baik,tulus, dan pemberani. Buyung telah menolong Pak Haji dari bahaya ular dan dengan kepolosannya Buyung telah diperalat Wak Katok. Berikut kutipannya.
“Muka Pak Haji pucat ketika melihat badan dan kepala ular hijau yang kini bergerak-gerak jatuh di tanah yang lembab. Ular yang amat berbisa. Dia hampir saja dipatuk oleh ular yang berbisa itu yang turun dari pohon ketika ia lewat. Untunglah Buyung memalingkan mukanya hendak melihat wajak Pak Haji.”
Buyung mencintai seorang gadis bernama Zaitun. Selama mencari damar di hutan, Buyung selalu teringat dan terbayang dengan wajah Zaitun. Buyung juga berusaha mencarikan kancil untuk Zaitun tercinta. Buyung menegok jebakan kancilnya di pinggir ladang Wak Hitam. Ketika hendak dibawa pulang, Rubiyah yang sedang mandi di sungai bergembira melihat Buyung membawa kancil. Buyung memberikan kancil tersebut kepada Rubiyah karena tak tega dengan Rubiah dan karena Rubiyah memintanya. Buyung dan Rubiyah terlibat percakapan yang sangat panas, dan pada akhirnya Buyung bersetubuh dengan Rubiyah di sungai. Buyung tetap saja berfikiran bahwa wanita yang sedang dipeluknya adalah gadis pujaan hatinya yaitu Zaitun.
Pak Haji adalah tertua diantara mereka. Semenjak Pak Haji pulang dari pengembarannya ke dunia luar, Pak Haji bersikap acuh terhadap lingkungan sekitar. Pak Haji seolah tak peduli terhadap kehidupan dikampung. Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan.
“Sejak dia pulang dari pengembaraannya ke dunia luar, dia seakan mengasingkan diri, memencilkan diri di kampung. Dia tak hendak menikah, meskipun dipaksa-paksa oleh keluarganya. Dia tak hendak menjadi pemimpin di kampung, baik pemimpin agama maupun masyarakat.”
Terlepas dari sikap dan perilaku Pak Haji yang seolah tak acuh, Pak Haji adalah orang yang baik. Pak Haji bersikap demikian karena hatinya telah patah ditinggal anak dan istrinya meninggal karena sakit. Pak Haji hanya ingin masa tuanya hidup dengan tentram tanpa mencampuri urusan orang lain. Sikap Pak Haji terbukti dengan kutipan.
“Dia sejak lama telah mengambil kesimpulan untuk tidak hendak mencampuri urusan orang lain. Baginya bersama-sama mencari damar dengan kawan-kawannya yang lain adalah kerjasama yang sama-sama menguntungkan pada diri masing-masing. Ia tak hendak mencampuri soal-soal pribadi mereka, dan dia tidak mengundang orang mencampuri persoalan dirinya. Masing-masing orang wajib mengurus dunianya sendiri, itulah semboyannya.”
Pak Haji juga tak percaya ketulusan yang ada di dunia. Hal tersebut karena Pak Haji telah berpengalaman dalam hidupnya. Pak Haji selalu saja tertipu dengan orang-orang selama mengembara. Orang-orang kebanyakan lebih mementingkan pribadinya masing-masing. Kutipan berikut adalah buktinya.
“Dia (Pak Haji) tidak percaya adanya manusia yang berjuang dan memikirkan dan malahan sampai memberikan jiwanya untuk kepentingan umum yang lebih besar, untuk kebahagiaan manusia-manusia lain yang lebih banyak. Pengalamannya dalam hal-hal serupa ini telah terlalu banyak dan terlalu pahit. Telah amat sering dia tertipu dahulu, waktu mudanya, ketika ia mengembara ke seluruh dunia, betapa orang-orang yang datang kepadanya dan mengatakan hendak menolongnya, sebaliknya telah menimbulkan celaka padanya.”
Pak Haji telah sadar masih ada manusia yang benar-benar tulus menolong manusia lain ketika Pak Haji ditolong oleh Buyung dari ular yang sangat berbisa yang hendak mematuk Pak Haji.
Diantara ketujuh rombongan yang mencari damar dalam hutan, ketiga diantaranya adalah Sanip, Talib, dan Sutan. Ketiganya adalah yang muda-muda dan telah beristri. Masing-masing mempunyai karakter dan mempunyai dosa-dosa di masa lalu dengan tekanan batin tersendiri. Sanip yang terkenal periang pun pernah melakukan dosa di masa lalu. Waktu mudanya Sanip pernah pergi ke perempuan lacur, pernah juga menendang Al-qur’an karena Sanip tak mau mengaji dan ingin bermain bola. Semua dosanya tak mentah-mentah diakui Sanip, dia hanya mengakui bahwa Dia, Talib, dan Sutan pernah mencuri kerbau. Berikut kutipannya.
“Kami bertiga mencurinya malam-malam, dan ketika penjaga kerbau mengetahui pekerjaan kami, maka Talib yang menikamnya, hingga dia rubuh. Dia tak mengenal kami dan kami berhasil melarikan kerbau dan menyembelih kerbau dan menjual dagingga ke kota. Penjaga kerbau tak mati. itulah dosa kami bertiga, tapi Sutan tak suka aku ceritakan.”
Talib pun tak jauh berbeda dengan Sanip. Talib hanya mengakui bahwa dia telah mencuri sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Sedangkan Sutan adalah seorang yang nafsunya tinggi, dia selalu bergejolak ketika melihat Rubiyah. Sutan juga tak rela jika dosanya dikuliti satu per satu. Sutan yang belum sempat mengungkapkan dosanya ketika diterkam harimau. Sutan seorang yang paling keras kepala diantara mereka.
Wak Hitam dan Siti Rubiyah hanyalah tokoh yang tidak begitu menonjol tetapi berpengaruh besar dalam cerita. Siti Rubiyah telah menyebabkan Buyung melakukan dosa besar. Wak Hitam yang sakti dan misterius menjadi sosok yang ditakuti. Wak Hitam juga berpengaruh terhadap munculnya konflik batin dalam tokoh Sanip. Saniplah yang mengetahui Wak Katok bercinta dengan Siti Rubiah di semak-semak, dan Sanip menyimpulkan bahwa harimau tersebut adalah harimau kiriman WaK Hitam karena Wak Katok telah bersetubuh dengan istri mudanya, Siti Rubiyah.
Pangkal dari semua peristiwa tersebut adalah mereka menganggap bahwa harimau itu adalah harimau gaib. Entah dikirim Tuhan untuk menghukum hamba-hambaNya yang mempunyai dosa besar atau harimau yang telah dikirim Wak Hitam karena Wak Katok dan Buyung telah bersetubuh dengan Siti Rubiyah, istri termuda Wak Hitam. Padahal berdasarkan cerita telah jelas bahwa harimau tersebut adalah harimau biasa yang sedang berburu rusa selama dua hari dan dengan tiba-tiba rusa buruannya dibidik oleh rombongan Wak Katok yang sedang mencari bekal untuk pulang kembali ke kampung setelah mencari damar di dalam hutan. Harimau terus mengikuti jejak rombongan karena rombongan meninggalkan jejak berupa darah daging rusa yang habis dikuliti dan belum diasap. Ditambah lagi dengan bau darah manusia yang selalu lebih menggoda.
Tragedi harimau di dalam hutan telah mengungkapkan semua peristiwa dan rahasia masing-masing tokoh dengan jelas. Terungkap sudah watak Wak Katok yang ternyata picik, ketulusan Buyung dan Sanip, dan juga alasan Pak Haji kenapa tak mau mencampuri urusan masing-masing individu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar